Pura Tirta Empul, terletak di tengah pulau Bali, Indonesia, adalah salah satu situs spiritual yang paling dihormati dan dikunjungi.
Dibangun sekitar tahun 962 M pada masa pemerintahan raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa, pura ini terkenal dengan sumber air suci yang dipercaya memiliki kekuatan pembersihan dan penyembuhan.
Keunikan Pura Tirta Empul terletak pada serangkaian kolam dan pancuran air suci tempat para peziarah melakukan ritual pembersihan diri, yang dikenal sebagai 'Melukat'.
Rangkaian upacara dan arsitektur tradisional Bali yang terawat dengan baik, memberikan suasana yang tenang dan memikat, menjadikan pura ini tidak hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai pusat kegiatan spiritual bagi masyarakat Hindu di Bali dan pengunjung dari seluruh dunia.
Latar Belakang Sejarah Pura Tirta Empul
Destinasi Wisata Ubud Terbaru ini merupakan salah satu tempat suci Hindu yang terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.
Tempat ini populer di kalangan pelancong sebagai destinasi yang menawarkan kesempatan untuk menjalani ritual penyucian dengan air suci yang dianggap memiliki daya penyembuh.
Didirikan sekitar tahun 926 Masehi, Pura Tirta Empul memiliki sejarah panjang yang tercatat dalam Prasasti Manukaya tahun 1960 oleh Kuno Jayasingha Warmadewa, yang saat ini tersimpan di Pura Sakenan.
Legenda yang berkaitan dengan pura ini juga terabadikan dalam karya sastra kuno yang ditulis oleh Dang Hyang Nirartha.
Cerita ini mengisahkan tentang Dewa Indra yang menciptakan sumber air suci ini dengan tongkatnya untuk mendukung pertempuran melawan Raja Mayadanawa.
Air ini, yang dikenal sebagai 'Tirta Empul', digunakan untuk tujuan penyucian, keagamaan, serta mengobati pasukan yang terluka dalam pertempuran.
Kepercayaan akan khasiat penyembuhan air ini masih bertahan hingga hari ini, menjadikan Pura Tirta Empul sebagai situs yang penting baik secara spiritual maupun historis.
Keindahan dan Daya Tarik Pura Tirta Empul
Pura Tirta Empul terkenal sebagai salah satu pura yang memiliki sumber mata air atau petirtaan yang selalu mengalir tanpa henti.
Keberadaan sumber air ini menambah pesona khusus pada Pura Tirta Empul, yang menjadikannya bukan hanya tempat suci tapi juga destinasi yang menarik.
1. Struktur dan Luasnya Pura
Pura Tirta Empul dikenal sebagai tempat ibadah umat Hindu dengan sejumlah kolam yang masih aktif digunakan, termasuk kolam khusus untuk upacara penyucian diri.
2. Keberadaan Sekitar 30 Sumber Mata Air
Kolam utama yang digunakan untuk ritual penyucian memiliki kira-kira 30 sumber mata air yang terus mengalirkan air yang jernih dan segar. Air ini digunakan untuk melukat, sebuah ritual penyucian yang diyakini mampu menghapus dosa.
3. Pusat untuk Ritual Melukat
Dengan banyaknya sumber air yang ada, Pura Tirta Empul sering digunakan untuk melukat, terutama pada hari-hari suci dalam kalender Hindu seperti Purnama, Tilem, dan Kajeng Kliwon.
Ritual ini dilakukan di bawah bimbingan pemangku dan peserta diharuskan mengenakan pakaian adat tertentu.
4. Kolam Ikan Koi
Selain kolam untuk penyucian, terdapat juga kolam yang dihuni ikan koi besar, menambah keindahan dan ketenangan Pura Tirta Empul, serta memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk menikmati keasrian lingkungan pura.
Baca Juga: Rekomendasi Hotel di Ubud yang Bagus dan Murah untuk Liburan
Informasi Tiket Masuk dan Tata Tertib di Pura Tirta Empul
Pura Tirta Empul berlokasi di Desa Manukaya, dekat Istana Tampaksiring, dan hanya berjarak sekitar 30 menit berkendara dari Ubud, berada dalam wilayah Kabupaten Gianyar.
Untuk mengunjungi pura ini, para wisatawan diwajibkan membayar biaya masuk yang berbeda bagi pengunjung lokal dan asing.
- Wisatawan lokal: Dewasa Rp30.000, Anak-anak Rp15.000
- Wisatawan asing: Dewasa Rp50.000, Anak-anak Rp25.000
Perlu diperhatikan bahwa harga tiket ini dapat berubah sesuai kebijakan pengelola Pura Tirta Empul.
Karena pura ini masih aktif digunakan untuk kegiatan keagamaan oleh umat Hindu, pengunjung diminta untuk menghormati tata tertib yang berlaku.
Pengunjung harus mengenakan sarong dan tidak diperkenankan memakai celana pendek saat memasuki area pura.
Untuk partisipasi dalam ritual melukat, pengunjung perlu mengenakan kain panjang dan selendang kuning yang diikatkan di pinggang. Kain dan selendang ini disediakan gratis di pintu masuk dan harus dikembalikan saat meninggalkan pura.