Suku Batak merupakan suku asli Indonesia yang menempati daerah Sumatera Utara. Seperti yang kita ketahui, suku ini memiliki masyarakat yang sangat bangga akan kebudayaan dan adat istiadatnya meskipun banyak dari mereka yang merantau ke seluruh daerah di Indonesia.
Salah satu bentuk akan kecintaan mereka terhadap budayanya adalah rasa bangga terhadap kain ulos yang tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat Suku Batak ketika sekedar berkumpul atau melakukan upacara adat.
Sebagai salah satu atribut pakaian adat Sumatera Utara, Kain Ulos memiliki makna lebih dari sekedar kain tenun. Ulos merupakan simbol terhadap segala doa yang dipanjatkan bagi keberkahan keluarga, kesuksesan hidup hingga keselamatan di dunia ini.
Dalam bahasa Batak, Ulos sendiri berarti sebuah selimut. Pada awal terciptanya, Ulos memang dipakai sebagai pakaian penghangat dari dinginnya udara pegunungan. Sebab menurut kepercayaan Batak, Kain Ulos juga menjadi salah satu dari tiga sumber panas yang memberi kehangatan bagi manusia selain matahari dan api.
Pada perkembangannya Ulos menjadi sebuah kain yang dipakai oleh orang Batak pada saat mereka menggelar acara adat maupun ketika menghadiri sebuah acara formal. Namun, tidak semua ulos dapat bebas digunakan karena harus sesuai dengan aturan adat yang sudah ditetapkan.
Nah, sebenarnya apa saja sih jenis-jenis Kain Ulos? Lalu, kapan dan oleh siapa Kain Ulos tersebut bisa digunakan? Berikut kita simak penjelasannya.
1.Kain Ulos Radigup
Kain Ulos ini adalah kain yang diberikan oleh orang tua calon pengantin perempuan suku batak kepada si calon pengantin pria. Motif Ulos Radigup terkenal sebagai Kain Ulos dengan motif yang paling rumit.
2. Kain Ulos Pengantin
Kain Ulos Pengantin merupakan Ulos yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada kedua mempelai dalam upacara pernikahan. Kain ini juga terhitung berkelas dan memiliki motif yang rumit.
3. Kain Ulos Ragidup Silinggom
Kain Ulos Ragidup Silinggom akan diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang mendapat kenaikan jabatan atau pangkat pekerjaan. Sesuai dengan namanya, kata marlinggom dalam bahasa Batak yang berarti berlindung dimaksudkan para orang tua dapat berlindung dibawah kebijaksanaan sang anak.
4. Kain Ulos Holong
Kain Ulos Holong adalah kain yang dibagikan kepada seluruh tamu undangan ketika upacara adat pernikahan berlangsung. Kain dengan motif yang khas ini biasanya diproduksi secara masal demi memenuhi kebutuhan upacara pernikahan.
5. Kain Ulos Ragihotang
Kain Ulos satu ini sangat sering dijumpai dalam pesta rakyat Suku Batak. Kain Ulos Ragi Hotang dipilih karena memiliki motif yang sederhana tetapi sangat indah dipandang. Kain Ulos ini berharga lumayan mahal karena biasa juga digunakan sebagai pembungkus jenazah dalam upacara pemakaman adat Batak.
6. Kain Ulos Sibolang
Kain Ulos Sibolang adalah kain ulos yang biasa digunakan juga dalam upacara adat kematian. Kain ini akan diberikan kepada seorang isteri ketika suaminya meninggal sebagai tanda Ia telah menjadi seorang janda.
7. Kain Ulos Mula Gabe
Kain Ulos Mula Gabe merupakan kain ulos yang akan diberikan ketika upacara adat tujuh bulanan masyarakat Batak.Kain ini adalah cerminan dari doa yang dipanjatkan agar semua penantian akan sang bayi bisa berjalan lancar dan sang ibu yang mengandung diberikan keselamatan hingga proses persalinan.
8. Kain Ulos Sampetua
Kain ulos satu ini biasa dipakai oleh masyarakat Batak Toba saat memasuki rumah baru. Menurut kepercayaannya, kain ini merupakan simbol dari segala berkat yang diberikan oleh Tuhan yang telah disampaikan melalui Hula-hula.
9. Kain Ulos Mangiring
Kain Ulos Mangiring merupakan salah satu kain yang biasa diberikan kepada pasangan yang baru menikah. Kain Ulos ini dipakai sebagai gendongan bayi atau yang biasa disebut dalam bahasa Batak dengan parompa.
Beberapa jenis kain ulos memang dibuat secara khusus untuk memenuhi kebutuhan upacara adat. Namun, kalian tidak perlu khawatir beberapa jenis kain ulos juga diperjual belikan sebagai cenderamata dari tanah Batak.
Dengan segala keindahan dan filosofinya, Kain Ulos wajib kita jaga kelestariannya agar kelak anak cucu juga dapat menikmati keindahan produk kebudayaan dari leluhur Batak ini.